Pakaian Tradisional Khas Yogyakarta

PAKAIAN TRADISIONAL KHAS YOGYAKARTA


Pakaian khas yogyakarta sangat kental dengan adat jawanya. Dan inilah penjelasan tentang baju khas dari yogyakarta.


  • PAKAIAN KHAS YOGYAKARTA


Pakaian adat tradisional masyarakat Yogyakarta terdiri dari seperangkat pakaian yang memiliki unsur unsur yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Kelengkapan berbusana tersebut merupakan ciri khusus pemberi identitas bagi pemakainya yang meliputi fungsi dan peranannya. Oleh karena itu, cara berpakaian biasanya sudah dibakukan secara adat, kapan dikenakan, di man dikenakan, dan siapa yang mengenakannya.
Kraton sebagai suatu pusat institusi dan tata pemerintahan, merupakan lembaga resmi yang dipimpin oleh seorang raja dan para kerabatnya yang disebut pegawai istana atau abdidalem. Mereka terdiri dari golongan-golongan sesuai dengan fungsi dan jabatannya, yang secara visual ditandai pula oleh cara dan bentuk pakaian. Lebih-lebih pada saat penyelenggaraan upacara adat pakaian tersebut dikenakan secara lengkap, di samping pakaian sehari-hari yang secara rutin dikenakan.
Fungsi pakaian, awalnya digunakan sebagai alat untuk melindungi tubuh dari cuaca dingin maupun panas. Kemudian fungsi pakaian menjadi lebih beragam, misalnya untuk menutup aurat, sebagai unsur pelengkap upacara yang menyandang nilai tertentu, maupun sebagai alat pemenuhan kebutuhan akan keindahan.

Pada masyarakat di Yogyakarta, fungsi pakaian cukup beragam, seperti pada masyarakat bangsawan pakaian mempunyai fungsi praktis, estetis, religius, sosial dan simbolik. Seperti kain kebaya fungsi praktisnya adalah untuk menjaga kehangatan dan kesehatan badan; fungsi estetis, yakni menghias tubuh agar kelihatan lebih cantik dan menarik; fungsi sosial yakni belajar menjaga kehormatan diri seorang wanita agar tidak mudah menyerahkan kewanitaannya dengan cara berpakaian serapat dan serapi mungkin, serta memakai stagen sekuat mungkin agar tidak mudah lepas.
Bahan yang dipakai adalah ada yang dari bahan katun, bahan sutera, kain sunduri (brocade), nilon, lurik, atau bahan-bahan estetis. Sedangkan, kebaya panjang lebih banyak menggunakan bahan beludru, brokat, sutera yang berbunga maupun nilon yang bersulam. Teknik pembuatannya ada yang ditenun, dirajut, dibatik, dan dicelup.
Kraton sebagai suatu pusat institusi dan tata pemerintahan, merupakan lembaga resmi yang dipimpin oleh seorang raja dan para kerabatnya yang disebut pegawai istana atau abdidalem. Mereka terdiri dari golongan-golongan sesuai dengan fungsi dan jabatannya, yang secara visual ditandai pula oleh cara dan bentuk pakaian. Lebih-lebih pada saat penyelenggaraan upacara adat pakaian tersebut dikenakan secara lengkap, di samping pakaian sehari-hari yang secara rutin dikenakan.
Sejalan dengan perkembangan zaman, pakaian resmi semacam itu lama kelamaan tidak lagi dikenakan secara lengkap. Misalnya pada masa penjajahan Jepang (1942 – 1945), yang mana pada waktu itu ekonomi negara kita dalam keadaan kacau, kemudian disusul dengan masa kemerdekaan, pakaian atau busana menurut kepangkatan tidak begitu diperhatikan lagi, dan yang pada gilirannya jarang dijumpai lagi. Namun demikian, pakaian adat tradisional kraton Yogyakarta yang sempat dikenal di kalangan masyarakat luas banyak dikenakan oleh golongan masyarakat biasa. Pakaian tersebut dikenal sebagai pakaian adat tradisional yang resmi dan khas Yogyakarta. Dalam perkembangan selanjutnya, pakaian ini diterima di kalangan masyarakat Jawa yang tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai miliknya sendiri dan pemberi identitas.
Pakaian adat tradisional Kraton Yogyakarta yang sudah jarang dijumpai lagi akhir-akhir ini, pada saat-saat tertentu akan muncul kembali dalam suatu upacara adat yang meriah dan menarik perhatian masyarakat umum. Pakaian khusus itu akan muncul secara menarik dan berwibawa. Demikianlah secara keseluruhan pakaian adat itu tidak pernah musnah dilanda kemajuan zaman, tetapi tetap terpelihara dengan baik dan selalu dimunculkan pada saat-saat penting.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar